Pages

Tuesday, August 7, 2012

Sejarah Mesir Kuno




A. Sejarah Awal

Pada awalnya hanya ada Nun (air). Kemudian suatu hari muncul sebuah bukit yang disebut Ben-Ben. Di atas bukit, berdirilah Atum-Dewa Pertama. Ketika Atum batuk, keluarlah Shu-Dewa Udara dan Tefnut-Dewi Kelembaban. Mereka memiliki dua anak, yang pertama bernama Geb-Dewa Bumi dan Nut-Dewi Langit. Kemudian dari mereka terlahir empat anak yaitu Osiris, Isis, Seth dan Nephthys.

Osiris masuk ke alam bawah dan kemudian Seth yang menjadi penguasa bumi. Namun Osiris dan Isis memiliki seorang anak yang bernama Horus. Horus dan Seth bertempur hebat dengan kemenangan dimiliki oleh Horus. Akhirnya Horus menjadi penguasa Bumi dan Osiris menjadi penguasa alam bawah (kematian).

B. Sejarah Peradaban

Bangsa Mesir Kuno memiliki beberapa periode kehidupan. Antara lain seperti Kerajaan Tua pada era perunggu, Kerajaan Menengah dan Kerajaan Baru. Keberhasilan peradaban Mesir Kuno dikarenakan mereka mampu memanfaatkan alam sekitar. Seperti menggunakan Sungai Nil sebagai sumber irigasi.

Banyak sekali prestasi mengagumkan yang dicapai peradaban Mesir Kuno. Antara lain penggalian, survei tempat, pembangunan monumen (seperti piramida, kuil dan obelisk), sistem matematika, efektivitas sistem pengobatan, teknik produksi agrikultur, teknologi pembuatan kaca, literatur-literatur terbaru, perjanjian damai dan membuat kapal. Seni dan arsitektur Mesir Kuno paling banyak ditiru bangsa-bangsa lain, barang-barang antiknya sudah menyebar hingga ke sudut dunia dan bangunannya sudah menjadi menginspirasi penjelajah dan penulis selama berabad-abad.

      1. Sejarah Pra-Dinasti ( 5500SM )

Pada periode Pra-Dinasti, iklim Mesir tidak begitu kering seperti saat ini. Sebagian besar wilayah ditutupi oleh padang savana. Berburu merupakan sesuatu yang wajar pada zaman ini. Asesoris seperti gelang dan kalung sudah menjadi tradisi.

Sebuah suku kecil dekat Sungai Nil sudah menguasai sistem agrikultur. Budaya terbesar berada di sisi utara Mesir, yaitu kebudayaan Badari yang dikenal dengan pembuatan keramik kelas tinggi dan peralatan dari batu. Sedangkan di bagian selatan Mesir ada kebudayaan Naqada yang berkembang sekitar 4000 SM. Kebudayaan ini terkenal dengan pembuatan pedang dan artefak batu obsidian yang di import Ethiopia.



      2. Periode Dinasti Awal ( 3050-2686 SM )

Seorang pendeta Mesir Kuno, Manetho, membuat sebuah sistem yaitu dengan mengumpulkan garis keturunan fir'aun dari Menes ke dalam 30 dinasti. Sistem tersebut masih digunakan hingga sekarang. Dia memulai sejarah besar ini dengan memilih fir'aun Menes sebagai raja pertama yang diyakini berhasil menyatukan Mesir bagian atas dan Mesir bagian bawah. Bagaimanapun juga dunia meyakini bahwa fir'aun Menes sebenarnya adalah fir'aun Narmer.

 

     3. Periode Kerajaan Tua ( 2686 - 2181 SM )

Kerajaan Tua merupakan periode keemasan yang berhasil dicapai peradaban Mesir Kuno. Pencapaian fantastik ini antara lain berupa perkembangan arsitektur, seni dan teknologi. Didukung dengan meningkatnya produksi agrikultur. Bukti sejarah Kerajaan Tua yang paling terkenal hingga sekarang adalah Piramida Giza dan Sphinx Raksasa.


     4. Periode Intermediet Pertama ( 2181 - 1991 SM )

Setelah pemerintahan pusat mulai runtuh di akhir periode Kerajaan Tua, sistem administrasi sudah tidak dapat lagi menahan perekonomian Mesir. Pemerintah regional sudah tidak bisa diharapkan lagi menangani krisis tersebut. Kabur dari kesetiaan mereka terhadap kerajaan, pemerintah lokal mulai berlomba dengan daerah masing-masing untuk merebut wilayah dan kendali politik.


     5. Periode Kerajaan Menengah ( 2134 - 1690 SM )

Para fir'aun dari Kerajaan Menengah berusaha mengembalikan kemakmuran dan keseimbangan negara, demikian pula dalam bidang seni, literatur dan bangunan. Pemimpin terakhir dan terbesar Kerajaan Tua yaitu Amenemhat III mulai memproduksi pasukan pekerja berat, terutama untuk penambangan dan pembangunan.


     6. Periode Intermediet Kedua dan Hyksos ( 1674 - 1549 SM )

Sekitar 1785 SM ketika kekuatan fir'aun Kerajaan Menengah melemah, suku Semitic Canaanites, yang telah diketahui bermukim Delta Timur kota Avaris, mengendalikan Mesir. Mereka memaksa pemerintah pusat untuk mundur ke Thebes.

Para Hyksos (penguasa asing) yang mengadaptasi model pemerintahan dan mengaku diri mereka sebagai fir'aun, kemudian menambahkan budaya-budaya Mesir ke dalam tradisi mereka. Mereka mamperkenalkan peralatan baru seperti dual panah dan kereta kuda. Mereka berhasil menguasai daerah utara sedangkan daerah selatan berhasil dikuasai saudara mereka, Nubian Hyksos.


     7. Periode Kerajaan Baru ( 1549 - 1069 SM )

Fir'aun Kerajaan Baru Mesir menciptakan sebuah masa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia menambah kekuatan militer dengan memperkuat perbatasan dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara tetangga. Kekuatan militer dibawah kendali Tuthmosis I dan cucunya, Tuthmosis III memperluas pengaruh fir'aun menjadi sebuah kerajaan terbesar Mesir yang pernah dibuat.

Ketika Tuthmosis III wafat pada 1425 SM, Mesir menjadi kerajaan besar yang dimulai dari Niya (bagian barat-laut Syria) hingga air terjun ke-4 Nil di Nubia. Mereka mulai memperkenalkan dewa Amun. Fir'aun wanita Hatshepsut menggunakan semacam propaganda untuk mengesahkan pengakuan ketahtaannya. Pemerintahannya sukses yang dubuktikan dengan ekpedisi pasar ke Punt, pemakaman elegan, sepasang obelisk dan sebuah kuil di Karnak.


     8. Periode Intermediet Ketiga ( 1069 - 653 SM )

Setelah kematian Ramesses XI pada 1078 SM, Smendes mengajukan otoritas terhadap bagian utara Mesir, memerintah mulai dari Tanis. Bagian selatan dikendalikan oleh Pendeta Tinggi Amun dari Thebes. Pada era ini, orang-orang Libya telah bermukim di delta barat. Para pangeran dari Libya mengambil alih delta dibawah Soshenq I pada 945 SM dan mendirikan Dinasti Bubastite yang memerintah selama 200 tahun.

Sekitar 700 SM, sebagian Mesir jatuh ke tangan Kerajaan Assyria dan perang antara kedua kerajaan tersebut sudah tak dapat dibendung lagi. Fir'aun Taharqa menikmati keberhasilannya meraih stok makanan di Near East. Bagiamanapun juga Raja Assyria, Sennacherib berhasil mengalahkan fir'aun Taharqa di Near East.

 

      9. Periode Akhir

Dengan tidak adanya rencana pendudukan secara permanen, bangsa Assyria menyerahkan kekeuasaan Mesir ke vassal-vassal yang diketahui sebagai Raja Saite dari Dinasti ke-26. Pada 563 SM, Raja Saite Psamtik I berhasil mengusir Assyria dengan menyewa tentara-tentara Yunani yang diketahui sebagai armada laut pertama Mesir. Seiring berjalannya waktu pengaruh Yunani mulai meluas.

Pada 609 SM, Necho II berperang dengan bangsa Babilonia, Chaldea, Media dan Scythia dalam uji coba menyelamatkan Assyria. Bagaimanapun juga percobaan untuk menyelamatkan Mesir gagal. Mesir menunda usaha bantuan terlalu lama, Niniwe sudah jatuh dan Raja Sin-shar-ishkun tewas di saat yang sama ketika Necho II mengirimkan pasukannya ke utara. Bagaimanapun juga Necho II berhasil menyapu tentara Israel dibawah pimpinan Raja Josiah tetapi dia dan Assyria kalah dalam pertempuran Harran. Necho II dan Ashur-uballit II berhasil dikalahkan di Carchemis. Bangsa Mesir terpaksa menetap di daerah tersebut selama beberapa dekade, berjuang bersama Raja Nabopolassar dan Nebuchadnezzar II. Namun pada 525 SM, bangsa Persia yang dipimpin Cambyses II berusaha menjajah Mesir.


     10. Periode Dinasti Ptolomeus 

Pada 332 SM, pemimpin Yunani terbesar, Alexander Yang Agung berusaha merebut Mesir dari Persia dan sukses tanpa perlawanan sama sekali. Pemerintahan didirikan di ibu kota baru, Alexandria, oleh Ptolomeus dengan sistem yang sama seperti yang dimiliki Mesir. Alexandria menunjukkan sebagai kota yang kuat dan bergengsi dan menjadi pusat pembelajaran serta budaya, dengan Perpustakaan Alexandria sebagai sumber utama. Budaya Yunani tidak menggantikan budaya asli Mesir. Mereka membangun kuil-kuil dengan gaya Mesir, mendukung pemujaan kuno, dan menganggap diri mereka sebagai Fir'aun.
 
     
     11. Periode Roma

Mesir menjadi provinsi Kerajaan Roma pada 30 SM setelah kekalahan Marc Antony dan Ratu Cleopatra VII oleh Octavianus pada Pertempuran Actium. Bangsa Roma sangat bergantung sekali oleh gandum Mesir dan tentara Roma dibawah pimpinan seorang yang ditunjuk Kaisar berusaha mengurangi pemberontakan, memungut pajak yang besar dan mencegah serangan bandit. Meskipun Romawi lebih kasar daripada Yunani, mereka tetap menghormati tradisi mumifikasi dan pemujaan terhadap dewa-dewa.

Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai berkembang di Iskandariah. Namun karena dianggap akan memusnahkan paganisme, mereka menyerang orang-orang Kristen. Penyerangan tersebut memuncak saat pembersihan Diokletianus yang dimulai pada 303. Akan tetapi orang-orang Kristen berhasil menang. Pada tahun 391, Kaisar Theodosius mengumandangkan undang-undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Budaya pagan Mesir mengalami keruntuhan dan pembacaan terhadap Hieroglif mulai punah. Kuil-kuil dialihfungsikan sebagai Gereja atau ditinggalkan.


     12. Periode Arab-Muslim

Caliph Umar yang diutus oleh Muhammad mengirimkan sekitar 4000 pasukan Arab dengan Amr-Ibn Al-Aas sebagai pemimpin, yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam di barat. Pada April 641 mereka berhasil melumpuhkan Alexandria. Byzantine memasang target untuk merebuk kembali Mesir dan memenangkan kembali Alexandria pada 645, namun kaum Muslim kembali merebutnya pada 646, secara penuh telah berhasil menduduki Mesir.

Aran memaksakan pajak istimewa untuk Mesir yang dikenal dengan sebutan Jizya. Pada abad ke-7 Arab menggunakan kata quft untuk menyebut orang-orang Mesir. Kemudian mereka dikenal sebagai Copt Gereja-Gereja Mesir non-Chalcedonian dikenal dengan nama Gereja Coptic. Selama beberapa abad penduduk Mesir berhasil di Islamkan. Namun bagaimanapun juga beberapa penduduk kuno masih ada yang bertahan dengan budaya dan bahasa mereka.




( sumber: kaskus.co.id )

No comments:

Post a Comment